Friday, July 16, 2010

Daur Ulang Limbah Organik dengan Teknologi Effective Microorganisms

Pencemaran lingkungan perkotaan salah satunya disebabkan oleh limbah organik yang tidak terurai sempurna sehinggga menyebarkan bau busuk ,gas beracun, hama dan penyakit. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan biaya yang tidak sedikit antara lain : biaya pengolahan, biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sarana dan prasarana dan juga biaya untuk tenaga konsultan yang sangat memusingkan bagi pemerintah setempat.

Semakin padat pemukiman suatu tempat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan yang berakibat pada semakin tinggi pencemaran lingkungan di tempat itu.

Mengingat presentasi limbah organik yang tinggi dari seluruh sampah yang dihasilkan yaitu kira-kira 70 % dari keseluruhan , maka pada tulisan ini terfokus pada penanganan limbah organik.

Setiap harinya ribuan ton bahan organik yang merupakan bahan pangan yang dikirim ke kota yang berasal dari daerah pertanian untuk dikonsumsi masyarakat kota. Penggunaan bahan organik tersebut menghasilkan limbah berupa, tinja , air kotor, limbah rumah tangga dan limbah kota yang terus ditumpuk di suatu tempat yang biasa disebut Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Dengan ini diusulkan suatu teknologi untuk mendaur ulang limbah tersebut. Dalam hal ini teknologi yang diusulkan adalah teknologi effective microoragnisms ( EM ).

Di daerah pertanian, justru terjadi kekurangan bahan organik karena sebagian besar sudah dikirim ke kota, Bahan organik yang tersisa cenderung dimanfatkan sebagai sumber energi untuk dapur, industri rumah batu bata dan industri rumah tangga lainnya.

Di sentra peternakan, limbah organik berupa kotoran ternak diupayakan untuk dijual secepatnya dengan harga murah ke daerah pertanian yang membutuhkan pupuk organik Sedikit sekali nilai tambah yang diperoleh peternak dari limbah tersebut. Semua ini terjadi karena petani dan peternak belum memanfaatkan teknolgi pengolahan limbah tersebut.

Limbah organik berasal dari beberapa sumber yaitu anatara lain : dapur/rumah tangga, pasar, rumah/sakit, perumahan, pertokoan / perkantoran, hotel / restoran, pertanian, peternakan / rumah potong, pengolahan hasil pertanian / peternakan dan sampah kota.

Selama ini metode yang digunakan untuk mengolah aneka limbah oganik tersebut adalah dengan cara membusukkan limbah tersebut untuk mendapatkan kompos. Pada proses ini, akan ada energi organik yang terbuang dalam bentuk panas dan gas ( hidrogen sulfida, amonia merkaptan dan gas beracun lainnya ). Polusi yang terjadi mencakup udara, tanah dan air yang terjadi dari proses pembusukan bahan organik, karena aktifitas dari mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi hewan dan manusia seperti : Salmonella, Escherischia coli dll. Pencemaran secara kimia terjadi karena pelepasan ion negatif dari proses pembusukan yang membentuk gas-gas dan senyawa beracun.

Proses pembusukan organik berlangsung 2 – 3 bulan. Proses ini bisa berlangsung lebih lambat karena penambahan bahan organik secara terus menerus serta tidak adanya peran mikroorganisme fermentasi. Itulah sebabnya mengapa di tempat pembuangan gas busuk secara terus menerus dihasilkan dalam radius 5 km

Cara yang umum digunakan di perkotaan sekarang ini adalah dengan cara menumpuk sampah sampai dengan ketebalan ketebalan tertentu kemudian diurug dengan tanah yang biasa disebut dengan land fill system Cara ini pertama kali dikembangkan oleh Depatemen Kesehatan Amerika Serikat dan sampai sekarang masih dilakukan.

Metode land fill system sampai saat ini masih merupakan cara yang diunggulkan, sekalipun hanya dapat mengurangi bau kurang dari 40 %. Dan masalah ini tidak akan pernah tuntas mengingat bau adalah gas yang bersifat ringan dan segera mengisi ruang.

Penguraian limbah organik melalui proses fermentasi adalah cara yang tepat untuk dapat mengatasi masalah bau, dan masalah-masaah lingkungan seperti polusi udara, air dan tanah . Pada proses ini aroma yang tercium adalah asam manis bau khas fermentasi.

Teknologi fermentsi bahan organik yang diperkenalkan di sini adalah Teknologi Effective Microorganisms ( EM ) oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyu Jepang. Teknologi ini mengembangkan 80 jenis mikroorganisme yang bermanfaat untuk memfermentasikan bahan organik serta menggunakan panas dan gas hasil dari proses pembusukan sebagai sumber energi.

Proses fermentasi mulai berlangsung dengan cara yang sederhana, diinokulasikan dengan cara disemprotkan ke bahan organik atau tumpukan sampah tersebut dan disemprotkan Dalam proses ini, pembentukan gas (bau busuk ) dan panas dapat ditekan atau dihilangkan sama sekali.

Manfaat langsung dari proses ini adalah : berkurangnya bau busuk dan panas; berkurangnya hama seperti lalat dan penyakit yang ditimbulkan; tumpukan sampah cepat berkurang, sehingga daya tampung sampah dalm lubang dapat bertambah 30%; lapisan tanah urugan berkurang karena masalah bau teratasi; masalah lingkungan dan kesehatan pekerja dan pemulung dapat teratasi.

Fermentasi bahan organik terjadi bila bahan EM dinokulasikan ke dalam larutan gula dengan dosis 0.1-1% ke dalam tumpukan sampah setiap minggu sekali, dilakukan dengan cara menyemprot dengan mesin atau pompa.

Untuk memfermentasikan 1 ton limbah organik, diperlukan 1 liter EM dan 1 liter gula atau molas. Agar lebih hemat, dapat difermentasikan lebih dulu larutan molas dengan cara mencampurkan 1 liter EM dan 1 liter molas ke dalam 20 liter air kemudian tutup rapat dalam tangki selama 1 minggu. Larutan ini biasanya disebut Fermentasi Molas ( FM ). Fermentasi Molas dapat disemprotkan ke dalam tumpukan sampah dengan kelarutan 0.1 %

Idealnya pada tahap awal yaitu di tingkat rumah tangga, sudah dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik, dengan demikian proses fermentasi di Tempat Pembuangan Akhir lebih mudah dan proses berjalan sempurna. Untuk membudayakan kebiasaan masyarakat memilah-milah limbah organik ini, tentunya perlu proses panjang disamping itu perlu dipertegas lagi dengan peraturan dari pemerintah.

sumber : http://id.shvoong.com/